Upaya Menaikkan Daya Saing Industri Melalui Dekarbonisasi.

DISCLAIMER: Penayangan ulang sebagian atau keseluruhan berita untuk konten akun media sosial komersil harus seizin Redaksi

JAKARTA, literasikaltim.com – Emisi sektor industri Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam dekade terakhir.

Data menunjukkan bahwa pada tahun 2022, emisi sektor industri mencapai lebih dari 400 juta ton setara karbondioksida, yang berasal dari penggunaan energi, proses produksi, dan limbah.

Peningkatan emisi ini, terutama disebabkan oleh penggunaan energi fosil dalam proses industri dan pembangkitan listrik.

Untuk menanggulangi masalah ini, Kementerian Perindustrian menggagas peta jalan industri hijau dengan target mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2050.

Langkah ini dimaksudkan, untuk menurunkan emisi secara signifikan dan mendorong industri yang lebih ramah lingkungan dan berdaya saing tinggi.

Institute for Essential Services Reform (IESR) bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian mengadakan lokakarya untuk merancang kajian peta jalan dekarbonisasi sektor industri di Indonesia, Kamis, (8/8/2024).

Lokakarya ini, merupakan bagian dari inisiatif IESR dalam merancang peta jalan dekarbonisasi, untuk sub-sektor industri seperti tekstil, keramik dan kaca, makanan dan minuman, serta alat angkut.

Dalam kesempatan ini, Apit Pria Nugraha, Kepala Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian, menekankan pentingnya peta jalan dekarbonisasi, untuk memberikan panduan yang jelas bagi kebijakan industri yang lebih ramah lingkungan.

“Kami sedang mempersiapkan langkah strategis untuk mendukung dekarbonisasi industri, termasuk perancangan peta jalan, regulasi, dan sistem informasi terkait,” ujarnya.

Kolaborasi antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga diharapkan dapat menyelaraskan pelaporan dan pengawasan, memudahkan pelaku industri dalam membangun industri hijau.

Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menambahkan bahwa kajian IESR telah merumuskan lima pilar utama dekarbonisasi: efisiensi sumber daya, efisiensi energi, pemanfaatan bahan bakar rendah karbon, elektrifikasi proses industri, dan penggunaan CCS/CCUS.

Fabby menekankan bahwa strategi dekarbonisasi dapat meningkatkan daya saing dan menarik investasi di sektor industri Indonesia.

Sementara itu, Faricha Hidayati, Koordinator Program Dekarbonisasi Industri IESR, juga memaparkan bahwa pendekatan dekarbonisasi kawasan terintegrasi dapat mengurangi emisi operasional hingga 50 persen.

“Dengan adanya tambahan kawasan industri di luar Pulau Jawa, diharapkan pengembangan ekosistem pendukung untuk industri hijau dapat lebih terfokus dan efektif,” pungkasnya.

IESR berharap inisiatif ini dapat memicu beberapa sektor lainnya, untuk menetapkan target NZE lebih ambisius sebelum tahun 2060, lebih cepat dari target pemerintah.

Tentang Institute for Essential Services Reform (IESR)

IESR adalah think tank yang mempromosikan pemenuhan kebutuhan energi Indonesia dengan prinsip keadilan dan kelestarian ekologis.

IESR terlibat dalam analisis, penelitian, advokasi kebijakan, dan kolaborasi dengan berbagai organisasi dan institusi.

Penulis: Andi Isnar

Permintaan ralat, koreksi, revisi maupun hak jawab, silakan WA 0878-8345-4028

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *