![]()
SANGATTA, literasikaltim.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim) terus melakukan pemerataan akses pendidikan, melalui pengembangan sekolah filial di berbagai wilayah terpencil.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutim, Mulyono, menjelaskan bahwa keberadaan sekolah filial menjadi solusi bagi anak-anak yang tinggal jauh dari sekolah induk atau berada di permukiman yang tidak terkonsentrasi di satu titik.
Menurutnya, sekolah filial adalah bentuk nyata kehadiran pemerintah untuk memastikan seluruh warga negara memperoleh hak pendidikan yang sama, tanpa dibatasi kondisi geografis yang sulit .
“Sekolah filial dibentuk untuk memudahkan anak-anak dalam mendapatkan pembelajaran, terutama mereka yang tinggal di titik-titik jauh dan sulit dijangkau,” ujar Mulyono, saat di wawancarai media ini, Selasa (11/11/2025)
Ia menambahkan bahwa, beberapa wilayah Kutim memiliki karakteristik permukiman tersebar, sehingga jarak ke sekolah induk bisa menjadi kendala bagi siswa.
Hingga saat ini, terdapat sekitar 20 sekolah filial di Kutai Timur, terdiri dari jenjang SD dan SMP.
Sekolah filial biasanya berada di bawah naungan sekolah induk, baik dalam manajemen maupun tenaga pendidik.
Guru-guru yang mengajar di filial sebagian besar masih berasal dari sekolah induk, dan ditempatkan secara bergiliran untuk memastikan proses belajar mengajar tetap berjalan optimal .
Pemerintah Daerah juga, terus menyiapkan peningkatan sarana dan prasarana sekolah filial.
Menurut Mulyono, selama lahan untuk pembangunan sudah dinyatakan clear, maka Disdikbud akan membangunkan fasilitas permanen bagi filial tersebut.
Jika jumlah siswa di sekolah filial mencapai lebih dari 60 siswa, maka sekolah tersebut dapat ditingkatkan statusnya menjadi sekolah negeri mandiri.
Dengan demikian, kebutuhan guru dan tenaga pendukung juga akan diisi secara definitif, bukan lagi mengandalkan guru dari sekolah induk .
Meski telah melakukan pembangunan bertahap, tantangan tetap ada, terutama terkait penyediaan guru honorer yang jumlahnya masih cukup banyak.
Kutim masih memiliki lebih dari 3.800 guru honorer, yang sebagian besar juga membantu mengajar di sekolah filial.
Pemerintah berupaya mengelola penempatan guru dengan seimbang, agar setiap sekolah tetap dapat memberikan layanan pendidikan yang layak kepada siswa di berbagai wilayah, termasuk di pedalaman dan daerah dengan akses terbatas .
Keberadaan sekolah filial diharapkan dapat mempersempit kesenjangan pendidikan antar-wilayah, serta menghadirkan kebijakan berbasis kebutuhan masyarakat lokal.
“Sepanjang lahannya sudah clear, sekolah filial tetap kita bangun dan kita siapkan agar nantinya bisa berdiri sebagai sekolah mandiri,” tegas Mulyono. (Adv-Diskominfo Kutim/AI)














