Diskominfo Kutim

Meski Sederhana, Festival Magic Land Tetap Jadi Ikon Budaya Kutai Timur.

DISCLAIMER: Penayangan ulang sebagian atau keseluruhan berita untuk konten akun media sosial komersil harus seizin Redaksi

Loading

SANGATTA, literasikaltim.com — Festival Magic Land Kutai Timur kembali digelar untuk tahun kedua, meski diselenggarakan dengan konsep lebih sederhana dibanding tahun sebelumnya. Namun penyederhanaan konsep tersebut tak mengurangi esensi dan kualitas acara, justru menjadi momentum bagi Pemerintah dan pelaku seni untuk berfokus pada substansi dan kekuatan karya budaya yang ditampilkan.

Kabid Kebudayaan Disdikbud Kutim, Padliyansyah, menjelaskan bahwa pelaksanaan festival yang lebih sederhana ini disesuaikan dengan kondisi anggaran dan prioritas daerah.

Meskipun demikian, festival tetap menghadirkan puluhan pertunjukan seni dari berbagai komunitas budaya, sekolah, hingga kelompok kreatif dari beberapa kecamatan.

“Sederhana bukan berarti kurang kualitas. Yang terpenting adalah ruang berkarya tetap ada, kreativitas tetap tumbuh, dan masyarakat tetap bisa menikmati keberagaman budaya,” terang Padliyansyah, saat di wawancarai media ini, Kamis (13/11/2025).

Ia menambahkan bahwa penyelenggaraan Magic Land tahun kedua menjadi bukti bahwa Pemerintah tetap konsisten memberikan ruang bagi aktivitas seni dan budaya, meski situasi daerah menuntut adanya penyesuaian teknis.

Para pelaku seni pun tetap antusias, karena festival dijadikan sebagai ruang untuk tampil sekaligus memperkenalkan karya mereka kepada publik.

Festival juga menghadirkan panggung ekspresi budaya dari berbagai suku di Kutai Timur, dan mulai dari pertunjukan Dayak, Bugis, Jawa, Banjar, hingga seni kontemporer, seluruhnya mendapat porsi tampil yang seimbang untuk menunjukkan kekayaan budaya daerah.

Menurut Padliyansyah, penyelenggaraan Magic Land yang sederhana justru memperlihatkan komitmen kuat pemerintah dalam memprioritaskan esensi kebudayaan.

Pihaknya berharap, format seperti ini dapat terus berjalan dan ditingkatkan kualitasnya pada tahun mendatang.

“Kegiatan ini akan terus berlanjut setiap tahun. Yang Kami jaga adalah kontinuitas, bukan sekadar kemegahan tampilan,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa, festival yang berfokus pada nilai budaya jauh lebih penting dibanding sekadar kemeriahan.

Dengan format ini, seluruh komunitas budaya dapat terlibat tanpa tekanan anggaran maupun syarat teknis yang rumit.

“Magic Land bukan hanya acara hiburan, tetapi ruang untuk memperkuat identitas daerah,” tutupnya. (Adv-Diskominfo Kutim/AI)

Permintaan ralat, koreksi, revisi maupun hak jawab, silakan WA 0878-8345-4028

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *