Andi Muhammad Akmal: Kalimantan Bukan Objek, Tapi Subjek Perubahan.
SAMARINDA, literaskaltim.com — Mahasiswa Kalimantan menyerukan semangat baru dalam peta pembangunan nasional melalui gerakan bertajuk “Borneo Garis Tengah: Menjadi Poros, Menjadi Penentu.”
Seruan ini dimotori oleh para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kalimantan, salah satunya disampaikan langsung oleh Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Andi Muhammad Akmal.
Dalam pernyataannya, Andi menegaskan bahwa Kalimantan selama ini terlalu sering diposisikan sebagai pinggiran dalam pembangunan nasional, padahal secara geografis dan ekologis pulau ini berada di pusat Indonesia.
“Kalimantan bukan sekadar wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Ia adalah poros Indonesia. Pusat yang selama ini diabaikan,” ujarnya, melalui keterangan tertulis ke media ini, Sabtu (21/6/2025).
Menurutnya, istilah “Borneo Garis Tengah” mengandung makna yang dalam.
“’Borneo’ menegaskan identitas Kalimantan sebagai wilayah yang kaya budaya, sedangkan ‘Garis Tengah’ tidak hanya bicara soal letak geografis,” kata Andi.
“Ini adalah posisi strategis yang menyatukan ekstremitas politik, menjaga keberlanjutan ekologis, dan menjadi penyeimbang keadilan pembangunan,” jelas Andi.
Andi juga menyampaikan bahwa, gerakan ini bukan sekadar simbolik atau retorika kosong.
“Ini adalah sikap politik dan arah perjuangan Kami sebagai mahasiswa Kalimantan,” ucapnya.
“Kami ingin mengakhiri narasi lama yang meminggirkan Kalimantan sebagai objek eksploitasi, dan Kami hadir sebagai subjek yang menentukan arah bangsa,” katanya.
Ia menambahkan bahwa, gerakan ini dilandasi oleh semangat kearifan lokal dan solidaritas lintas wilayah.
“Kami tidak menolak pembangunan, tapi Kami menuntut keadilan pembangunan, dan Kami ingin pembangunan yang berpihak pada ekologi, budaya, dan masyarakat lokal,” paparnya.
“Kalimantan harus berbicara dari tengah, bukan dibungkam dari pinggir,” tegasnya.
Gerakan “Borneo Garis Tengah” digagas sebagai bentuk refleksi sekaligus perlawanan terhadap ketimpangan struktural, yang selama ini terjadi di Indonesia, khususnya di wilayah Kalimantan.
Andi dan para mahasiswa lainnya mengajak seluruh elemen muda di Kalimantan untuk bersatu, menyadari potensi wilayahnya, dan mengambil peran lebih besar dalam menentukan masa depan bangsa.
“Menjadi poros, menjadi penentu, bukanlah utopia, dan ini adalah kesadaran kolektif bahwa perubahan sejati lahir dari keberanian, untuk menentukan arah sendiri. Dari Kalimantan, untuk Indonesia,” pungkas Andi.
Penulis: Andi Isnar