Adnan Faridhan: Proyek Terowongan Rawan, Keselamatan Warga Jangan Disepelekan.
SAMARINDA, literasikaltim.com – Insiden longsor yang terjadi di proyek pembangunan terowongan Jalan Sultan Alimuddin–Jalan Kakap, Samarinda, memicu kekhawatiran serius dari Anggota DPRD Kota Samarinda, Adnan Faridhan.
Ia mendesak Pemerintah Kota untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kelayakan dan keamanan proyek tersebut.
Proyek terowongan senilai Rp395,9 miliar ini dibangun untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan keselamatan lalu lintas di kawasan Gunung Manggah.
Namun, kejadian longsor baru-baru ini memperlihatkan potensi risiko yang membahayakan masyarakat.

Adnan Faridhan menyatakan bahwa pemerintah seharusnya tidak serta-merta menyatakan proyek tersebut aman sebelum dilakukan kajian ilmiah yang komprehensif.
“Kita belum bisa mengatakan proyek ini aman. Harus ada penelitian mendalam oleh para ahli geologi, teknik sipil, dan konstruksi terowongan, dan jangan asal klaim, karena ini menyangkut keselamatan nyawa warga,” tegasnya saat ditemui di kantor DPRD Samarinda, Kamis (15/5/2025).
Ia menyoroti perbedaan respons Pemkot terhadap kasus-kasus sebelumnya, seperti insiden “motor brebet”, yang menurutnya ditangani dengan investigasi laboratorium.
Adnan Faridhan berharap pendekatan serupa diterapkan pada proyek terowongan yang berisiko tinggi ini.

Menurutnya, kontur tanah di lokasi pembangunan tergolong labil dan rawan pergerakan, apalagi jika terpapar hujan lebat dan getaran kendaraan besar yang melintas setiap hari.
“Kita tidak tahu seberapa kuat struktur itu menahan tekanan, terutama saat beroperasi penuh nanti,” lanjutnya.
Adnan Faridhan juga menekankan pentingnya melibatkan institusi pendidikan tinggi, baik dalam negeri maupun luar negeri, untuk melakukan kajian kelayakan.
Ia menyebut perguruan tinggi seperti ITB, UGM, UI, hingga institusi dari Jepang dan Korea bisa menjadi mitra penting, untuk memberikan hasil penelitian yang independen dan kredibel.
“Ini bukan soal proyek besar atau kecil. Ini soal nyawa, dan jangan sampai kita menyesal ketika sudah ada korban. Saya pribadi bahkan melarang keluarga Saya melintas di lokasi proyek, karena belum yakin akan keamanannya,” ungkap politisi Partai Golkar Kota Samarinda tersebut, dengan nada serius.
Selain aspek teknis, Adnan Faridhan juga menyinggung persoalan Amdal dan pembebasan lahan yang hingga kini belum sepenuhnya tuntas.
Hal ini, menurutnya, harus diselesaikan secara paralel agar tidak menjadi bom waktu di kemudian hari.

Adnan Faridhan menyarankan Pemkot tidak mengabaikan peringatan dini dari masyarakat maupun pengamat, dan tetap bersikap terbuka terhadap kritik yang membangun.
Ia menegaskan bahwa kritik bukan berarti tidak mendukung pembangunan, namun justru bentuk kepedulian terhadap keselamatan warga Samarinda.
“Saya bicara ini, karena Saya sayang dengan kota ini dan masyarakatnya. Jangan sampai karena proyek ini kita kehilangan nyawa, dengan nilai Rp395 miliar tidak ada artinya dibanding satu nyawa manusia,” pungkasnya.
Sebagai informasi, proyek terowongan ini membentang sepanjang 1,3 kilometer, dengan tinggi operasional 5,4 meter dan lebar 9 meter. Saat ini progresnya telah mencapai 91,7 persen dan direncanakan mulai beroperasi pertengahan 2025.
Namun, dengan adanya kejadian longsor dan sejumlah catatan teknis lainnya, DPRD meminta agar Pemkot tidak terburu-buru menuntaskan proyek, tanpa mengedepankan aspek keselamatan dan keberlanjutan.
Penulis: Andi Isnar