![]()
SANGATTA, literasikaltim.com — Peluncuran Strategi Anti Anak Tidak Sekolah (SITISEK) oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim) menjadi momentum penting bagi dunia pendidikan daerah.
Dalam agenda resmi di Hotel Royal Victoria, Sangatta Utara, Jumat (21/11/2025), Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutim, Mulyono, menegaskan bahwa SITISEK disusun sebagai alat kerja konkret, bukan sekadar seremonial.
Menurut Mulyono, persoalan ATS di Kutim berada dalam kategori memprihatinkan. Data terbaru mencatat lebih dari 13 ribu anak di Kutai Timur tidak bersekolah, angka tertinggi di seluruh Kalimantan Timur.
Kondisi tersebut, katanya, tidak bisa dibiarkan berlarut-larut karena menyangkut masa depan generasi daerah.
“Pendidikan adalah hak fundamental setiap warga negara. Ketika masih ada ribuan anak di Kutim yang tidak sekolah, berarti masih ada hak yang belum terpenuhi. SITISEK hadir untuk menjawab itu,” ucapnya.
Mulyono menjelaskan bahwa, SITISEK merupakan bagian dari proyek perubahan yang memadukan pemetaan berbasis data, strategi advokasi, serta intervensi pada kelompok sasaran.
Dalam pelaksanaannya, Disdikbud akan menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) 2025, yang memperkuat koordinasi dengan Dinas Sosial, Dinas Kependudukan, pemerintah kecamatan, pemerintah desa, hingga tokoh adat dan tokoh masyarakat.
Ia mengakui tantangan di lapangan tidak sederhana, terutama di wilayah pedalaman yang menghadapi akses transportasi terbatas.
Karena itu, SITISEK dirancang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing Kecamatan.
“Pendekatan kita harus inklusif dan adaptif. Tidak bisa satu pola untuk semua wilayah, karena tantangan di lapangan sangat berbeda-beda,” jelasnya.
Disdikbud menargetkan SITISEK dapat direplikasi ke seluruh Kecamatan di Kutim, sehingga penanganan ATS dilakukan secara menyeluruh.
Program ini menyasar anak dari berbagai kelompok usia pendidikan yakni mulai PAUD, SD, hingga SMP, yang selama ini terputus dari jalur sekolah formal.
Mulyono optimistis, dengan kerja kolaboratif dan dukungan Pemerintah Daerah, jumlah ATS di Kutai Timur dapat ditekan secara signifikan pada akhir 2025.
“Ini adalah kerja besar, tapi bukan tidak mungkin dicapai. Yang penting kita konsisten, bergerak bersama, dan menempatkan anak-anak sebagai prioritas utama. SITISEK hadir untuk memastikan masa depan mereka kembali terbuka,” tandasnya. (Adv-Diskominfo Kutim/AI)














