JAKARTA, literasikaltim.com – Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) resmi membuka rangkaian Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2025 di Jakarta, Senin (6/10/2025).
Forum tahunan ini, menghadirkan tokoh nasional maupun internasional dengan fokus menjadikan transisi energi sebagai motor pertumbuhan ekonomi baru Indonesia, menuju visi Indonesia Emas 2045.
Ketua ICEF, Prof. Mari Elka Pangestu, menekankan bahwa transisi energi bukan sekadar mengganti sumber energi, tetapi juga mengubah paradigma pembangunan.
“Agar transisi energi berjalan efektif sangat bergantung pada komitmen politik dan konsistensi kebijakan, baik pusat maupun daerah, dan Kita juga membutuhkan kerangka kebijakan yang tepat, termasuk pembentukan country platform for energy transition untuk menyatukan pendanaan dan dukungan internasional,” jelasnya.
Ia juga menyoroti perlunya reformasi subsidi energi untuk menciptakan insentif pengembangan energi bersih, serta penguatan regulasi fiskal dan karbon.
Revisi Perpres No. 98/2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon, menurutnya, akan sangat menentukan arah pasar karbon di Indonesia.
Dukungan internasional turut disampaikan Matthew Downing, Chargé d’Affaires Kedutaan Besar Inggris di Jakarta.
Menurutnya, ambisi Presiden Prabowo agar Indonesia mencapai 100% energi terbarukan dalam satu dekade mendatang, adalah langkah besar yang didukung penuh pemerintah Inggris.
“Kami bangga menjadi mitra Indonesia dalam mewujudkan transisi energi yang inklusif dan ambisius,” katanya.
Sementara itu, Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI 2004–2014, mengingatkan pentingnya keberanian dalam menjaga arah kebijakan jangka panjang, di tengah ketidakpastian global.
“Ketahanan nasional dalam menghadapi gejolak harga energi global, perubahan rantai pasok, atau konflik bersenjata akan sangat menentukan keberhasilan transisi energi,” ujarnya.

Dari sisi teknis, Fabby Tumiwa, CEO IESR, menilai pemerintah perlu segera mempercepat pengembangan energi terbarukan yang dinilai lambat dalam sepuluh tahun terakhir.
Ia mendorong reformasi kebijakan, restrukturisasi pasar ketenagalistrikan, serta pembenahan tarif listrik dan tata kelola pengadaan energi bersih agar lebih menarik bagi investor.
Fabby menegaskan, transisi energi dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru melalui lima pilar utama:
- Investasi infrastruktur: pembangunan PLTS, tenaga angin, biomassa, panas bumi, jaringan listrik pintar, dan sistem penyimpanan energi.
- Industri manufaktur bersih: memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.
- Lapangan kerja hijau: membuka peluang jutaan tenaga kerja baru di sektor energi terbarukan.
- Peningkatan produktivitas masyarakat: menurunkan biaya kesehatan melalui berkurangnya polusi udara.
- Ketahanan energi nasional: mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil dan fluktuasi harga energi global.
IETD 2025 menjadi perhelatan kedelapan sejak pertama kali digelar pada 2018, dan tahun ini forum berlangsung pada 6–8 Oktober 2025 dengan tema “Mewujudkan Transisi Energi yang Berdampak”, menekankan komitmen, strategi pertumbuhan rendah karbon, dan inovasi menghadapi tantangan transisi energi.
Dengan dukungan pemerintah, akademisi, swasta, serta mitra internasional, IETD 2025 diharapkan menjadi tonggak penting percepatan transisi energi Indonesia menuju ekonomi hijau, inklusif, dan berdaya saing global.
Penulis: Andi Isnar













