IESR Gelar Media Breifing IETO 2024, Indonesia Perlu Bangun Momentum Capai Puncak Emisi Sektor Energi di 2030.

DISCLAIMER: Penayangan ulang sebagian atau keseluruhan berita untuk konten akun media sosial komersil harus seizin Redaksi

JAKARTA, literasikaltim.com – Dalam rangka untuk mengetahui perkembangan transisi energi di Indonesia dan proyeksinya 2024, Institute for Essential Services Reform (IESR) telah menggelar Media Briefing peluncuran laporan Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024, Selasa (12/12/2023

Kegiatan ini, dilaksanakan dengan melalui daring serta dihadiri media cetak, elektronik, juga online di seluruh Indonesia, dan menghadirkan narasumber Bidang Analis Energi Terbarukan IESR Pintoko Aji, Sekretaris Jendral (Sekjend) Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto dan Martha Jesica Mendrofa. S selaku moderator pada kegiatan tersebut.

Dalam kegiatan ini di buka Manager Program Transisi Energi IESR Deon Arinaldo, dan dalam sambutannya mengucapkan rasa terima kasih atas kehadiran awak media dari berbagai daerah di Indonesia, dalam memaparkan Outlook Kebijakan Energi saat ini terhadap Capaian Transisi Energi Indonesia.

“Dan saat ini, di Indonesia menargetkan untuk mencapai puncak emisi gas rumah kaca (GRK) pada 2035, untuk selanjutnya melandai hingga tercapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih awal,” lanjutnya.

“Transformasi di sektor energi Indonesia, yang menjadi sumber emisi dengan dominasi energi fosil pada suplai energi domestik sekitar 90,4 persen, beralih ke energi terbarukan menjadi upaya krusial untuk menekan emisi,” ujarnya.

Menurutnya, IESR telah mengamati tren pembangunan energi terbarukan cenderung melambat, yakni hanya mencapai 0,97 GW dari target 3,4 GW pada kuartal keempat 2023, dan artinya, jika tren ini berlanjut, Indonesia justru tidak akan mencapai puncak emisi.

“Karena stagnasi dekarbonisasi sektor daya (power), sedangkan emisi sektor permintaan (demand) terus naik, hal ini membuat, langkah Indonesia untuk menurunkan emisi akan semakin sulit, jika tidak disertai ambisi penurunan emisi yang tinggi dan komitmen politik yang kuat,” tuturnya.

Pembahasan upaya Indonesia dalam meraih puncak emisi pada 2030 yang berpotensi sebagai tonggak transformasi ke energi terbarukan secara besar-besaran atau justru mengakhiri harapan untuk mencapai target NZE lebih cepat, merupakan topik utama dalam laporan unggulan IESR berjudul Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024.

Pada kesempatan ini pula, Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menyampaikan tahun ini, IETO 2024 hadir dengan lebih komprehensif dalam memantau perkembangan dan proyeksi transisi energi di Indonesia.

Dan menurutnya (red, Fabby Tumiwa), Indonesia telah mengeluarkan rencana dan komitmen transisi energi dengan terbitnya beberapa kebijakan pemerintah seperti Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang percepatan pembangunan energi terbarukan, dan pemutakhiran Kebijakan Energi Nasional (KEN) oleh Dewan Energi Nasional (DEN).

“Namun, hingga saat ini dalam mengimplementasikan untuk mempercepat transisi energi, masih membutuhkan dukungan dari segi regulasi dan investasi,” imbuhnya.

“IESR melalui IETO 2024 mencoba mengukur proses transisi energi dalam berbagai sektor, seperti ketenagalistrikan, industri, transportasi dan bangunan, dan Kami juga konsisten menilai kondisi pendukung (enabling condition), khususnya di sektor ketenagalistrikan, yang menentukan kesuksesan atau kegagalan transisi energi di Indonesia,” ucapnya.

“Terdapat empat enabling condition, yakni kerangka kebijakan dan regulasi, dukungan pendanaan dan investasi, aplikasi dari teknologi serta dampak sosial dan dukungan masyarakat,” katanya.

IETO 2024 juga menyoroti agar dapat mencapai target emisi kesepakatan Just Energy Transition Partnership (JETP) 250 MtCO2e/y pada tahun 2030, hasil simulasi IESR menunjukkan Indonesia perlu mengurangi 4,29 GW PLTU batubara dan diesel hingga 2030. Selain itu, Indonesia harus menggenjot pembangunan energi terbarukan setidaknya 30,5 GW tambahan hingga 2030.

Pintoko Aji selaku Analis Energi Terbarukan IESR menyebutkan bahwa penetrasi energi terbarukan variabel (PLTS dan PLTB) yang tinggi, akan membuat konsep pembangkit baseload atau pembangkit yang beroperasi secara berkesinambungan, dengan kapasitas yang tinggi, menjadi tidak relevan.

“Dengan adanya kebutuhan untuk meningkatkan penetrasi variable renewable energy (VRE), sistem ketenagalistrikan Indonesia membutuhkan sistem yang lebih fleksibel dan responsif, dan makna fleksibel berarti tingkat sistem ketenagalistrikan, dapat menyesuaikan dengan beban dan sebagai reaksi variabilitas produksi listrik dari VRE,” urainya.

“Untuk melakukannya, diperlukan pendalaman materi untuk pembatasan kontraktual, misal perubahan kontrak (legal) dari menerima atau membayar (take-or-pay) ke menerima dan membayar (take-and-pay) dan insentif fleksibilitas,” ujar Pintoko Aji, Analis Energi Terbarukan.

IESR mendorong agar pemerintah menunjukkan komitmen politik (political will) yang lebih kuat dan langkah yang konkret, untuk mempercepat penetrasi energi terbarukan.

Selain itu, strategi dekarbonisasi perlu diterapkan di seluruh sektor, agar saling mendukung, dan harapan IESR memandang presiden baru, yang akan terpilih pada Pemilu 2024, harus menciptakan momentum transisi energi sedari awal kepemimpinan.

Manajer Program Transformasi Energi IESR Deon Arinaldo menambahkan pula bahwa seluruh pembahasan mengenai status dan analisis sektor energi, untuk mendorong percepatan transisi energi terangkum pada Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024.
“Dan, terbit sejak 2017 dengan Indonesia Clean Energy Outlook (ICEO) yang kemudian bertransformasi menjadi IETO di 2019,” sambungnya.

“Selain merangkum keberjalanan transisi energi Indonesia selama setahun terakhir, IETO kali ini juga secara komprehensif, telah memproyeksikan kebijakan sektoral di masing-masing sektor energi dan mengkontraskannya dengan target jangka panjang,” terangnya.

“Ini dapat, menjadi masukan bagi pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan di masing-masing sektor ketenagalistrikan, transportasi, industri dan gedung untuk meningkatkan target dan level implementasi mitigasi emisi sektoralnya,” jelas Deon Arinaldo,

IESR akan melakukan diskusi dan peluncuran laporan Indonesia Energy Transition Outlook 2024 pada 15 Desember 2023. Untuk pendaftaran dapat mengunjungi s.id/IETO2024.

Tentang IESR.

IESR adalah organisasi think tank yang secara aktif mempromosikan dan memperjuangkan pemenuhan kebutuhan energi Indonesia, dengan menjunjung tinggi prinsip keadilan dalam pemanfaatan sumber daya alam dan kelestarian ekologis.

IESR terlibat dalam kegiatan, seperti melakukan analisis dan penelitian, mengadvokasi kebijakan publik, meluncurkan kampanye tentang topik tertentu, dan berkolaborasi dengan berbagai organisasi dan institusi. (AI)

Permintaan ralat, koreksi, revisi maupun hak jawab, silakan WA 0878-8345-4028

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *