![]()
SANGATTA, literasikaltim.com — Selain sebagai ajang kompetisi, Festival Literasi Daerah Kutai Timur (Kutim) digagas sebagai sarana penting untuk menanamkan budaya membaca, menulis, dan berpikir kritis bagi pelajar.
Disdikbud Kutim menegaskan bahwa, tujuan utama festival ini bukanlah semata mencari pemenang, tetapi membangun lingkungan pendidikan yang menghargai literasi sebagai kebutuhan dasar.
Kepala Disdikbud Kutim, Mulyono, mengatakan bahwa festival ini dirancang untuk mengubah pola pikir pelajar agar terbiasa membaca dan mengolah informasi secara mendalam.
Menurutnya, kemampuan literasi akan menjadi modal penting bagi generasi muda menghadapi tantangan era digital.
“Kami ingin kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi gerakan yang mampu membangkitkan semangat membaca, menulis, dan berpikir kritis di kalangan siswa,” ungkapnya.
Berbagai rangkaian kegiatan seperti workshop literasi, pelatihan menulis kreatif, kelas publik, pameran karya, dan diskusi buku akan dihadirkan untuk memperkaya pengalaman peserta.
Disdikbud mendorong agar siswa tidak hanya mengikuti lomba, tetapi juga terlibat dalam proses pembelajaran literasi yang komprehensif.
Menurut Mulyono, budaya literasi di Kutim masih perlu penguatan di banyak sekolah, baik dari segi fasilitas maupun pembiasaan membaca.
Karena itu, festival ini diharapkan menjadi pemantik yang menggerakkan seluruh satuan pendidikan untuk lebih aktif melaksanakan kegiatan literasi sepanjang tahun.
Kegiatan ini juga menekankan literasi digital, mengingat pelajar saat ini hidup dalam lingkungan informasi cepat.
Pelajar diharapkan dapat memilah informasi, menghindari hoaks, dan menggunakan teknologi secara bijak.
“Festival ini kami harapkan menjadi gerakan bersama untuk memperkuat kemampuan literasi siswa. Jika budaya membaca tumbuh sejak dini, maka masa depan sumber daya manusia Kutai Timur akan semakin kuat,” tutup Mulyono. (Adv-Diskominfo Kutim/AI)














