Fenomena Buzzer Dinilai Berpotensi Adu Domba Masyarakat, Adnan Faridhan Desak Pemerintah Terbuka Terhadap Kritik Membangun.

SAMARINDA, literasikaltim.com – Anggota Komisi I DPRD Samarinda, Adnan Faridhan, menyoroti fenomena penggunaan buzzer yang menurutnya berpotensi membungkam kritik terhadap pemerintah.

Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa kritik merupakan bentuk kepedulian dan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan, serta bagian dari kemitraan antara rakyat dan pemerintah.

“Pemerintah seharusnya menerima kritik sebagai bentuk kasih sayang masyarakat,” ucapnya ke awak media, Selasa (22/4/2025) di ruang kerjanya.

“Dan, Kami di sini bertugas untuk mengawasi dan menjadi mitra pemerintah. Kalau ada yang tidak sesuai, tentu Kami akan bersuara,” ujar Adnan.

Ia menyayangkan jika benar ada keterlibatan Pemerintah Kota (Pemkot) dalam penggunaan buzzer untuk merespons kritik.

Menurutnya, pendekatan seperti ini justru tidak sehat dan berpotensi menimbulkan fitnah serta memecah belah masyarakat.

“Kalau memang dari Pemkot, sayang sekali. Kritik yang membangun dan bertanggung jawab harusnya diterima. Kita harus selalu menyertakan solusi dalam kritik Kita,” tambahnya.

Adnan juga menyampaikan pengalamannya yang menjadi sasaran buzzer, dan menyatakan tidak terpengaruh dan tetap akan menyuarakan pendapatnya.

“Mau pakai buzzer berapa pun, saya tetap akan bersuara,” katanya.

Fenomena buzzer ini, lanjutnya, terlihat dalam kasus sejumlah tokoh yang mengkritik proyek-proyek pemerintah di Samarinda, seperti proyek Pasar Pagi, Teras Samarinda, dan Trowongan.

Salah satunya adalah anggota Komisi IV DPRD Samarinda, Bang Anhar, yang setelah mengkritik pemerintah langsung menjadi sasaran isu pribadi oleh akun buzzer “Hukum Aja Dulu” di Instagram.

“Besoknya langsung diangkat isu perselingkuhan, Kita juga tidak tahu itu benar atau tidak, bisa jadi fitnah. Kemudian muncul lagi isu lain yang menyerang Pemprov Kaltim, yang akhirnya dibantah langsung oleh Kepala Dinas Dispora. Ini membingungkan masyarakat,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya menjaga persatuan pasca-pemilu dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah.

“Kampanye sudah selesai. Kalau jagoannya kalah, ya Kita tunggu 2030, fight lagi di situ,” tegasnya.

“Dan, jangan Kita diadu domba terus menerus. Ini hanya fenomena lima tahunan,” tutup Adnan, sambil mengimbau masyarakat Kaltim untuk tetap tenang dan menjaga kedamaian.

Penulis: Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *