TAIYYUAN, literasikaltim.com – Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur, sebagai dua provinsi penghasil batubara terbesar di Indonesia, kini bersiap menghadapi dampak besar dari pergeseran global menuju energi terbarukan.
Dengan meningkatnya komitmen internasional untuk mencapai *net zero emissions* (NZE), peralihan dari bahan bakar fosil, termasuk batubara, menjadi tak terelakkan.
Hal ini menuntut kedua provinsi ini, untuk segera menyusun strategi pembangunan dan ekonomi baru, guna menghadapi penurunan permintaan batubara global.
Menjawab tantangan ini, Shanxi Carbon-Peak-Carbon-Neutral Energy Revolution Research Institute (CCERR) bekerja sama dengan People of Asia for Climate Solutions (PACS) dan Institute for Essential Services Reform (IESR) telah menggelar Diskusi Kedua Mengenai Masa Depan Tanpa Batubara serta Kunjungan Lapangan Transisi Energi Tiongkok-Indonesia pada 29 Juli – 1 Agustus 2024 di Provinsi Shanxi, Tiongkok.
Kegiatan ini bertujuan, untuk mempertemukan perwakilan dari Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur, guna mempelajari kemajuan transisi energi di Shanxi, provinsi penghasil batubara terbesar di Tiongkok.
Shanxi, yang memiliki cadangan batubara sebesar 43,31 miliar ton pada 2022, telah memulai langkah signifikan menuju transisi energi terbarukan.
Zhang Cheng, Direktur Eksekutif CCERR, menyatakan bahwa China, khususnya Shanxi, berkomitmen mencapai puncak emisi karbon dioksida sebelum 2030 dan mencapai netralitas karbon sebelum 2060.
“China dan Indonesia memiliki peluang besar untuk bekerjasama dalam transisi energi, baik melalui transfer teknologi, investasi proyek, maupun pengembangan kapasitas,” ujarnya, Jum’at (2/8/2024).
Xiaojun Wang, Direktur Eksekutif PACS, menekankan pentingnya teknologi energi terbarukan dalam mempercepat transisi di daerah penghasil batubara.
“Kunjungan ini, memberikan wawasan langsung tentang bagaimana Shanxi menghadapi tantangan dan risiko teknis dalam penerapan teknologi energi terbarukan,” katanya.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, menambahkan bahwa percepatan transisi dari batubara, harus menjadi prioritas dalam rencana pembangunan jangka panjang Indonesia.
“Pemerintah perlu segera mengidentifikasi sektor ekonomi alternatif dan mempersiapkan masyarakat serta pekerja, untuk menghadapi era pasca-batubara,” ucapnya.
“Belajar dari Shanxi, bisa memberikan inspirasi bagi Indonesia dalam merencanakan transisi yang berkelanjutan,” tambahnya.
Sebagai bagian dari upaya memperkuat kolaborasi, CCERR, PACS, dan IESR menandatangani Nota Kesepahaman (MoU), untuk mempromosikan pengembangan energi rendah karbon dan memperluas kerjasama, dalam transisi energi dan netralitas karbon.
Kunjungan lapangan ini, mencakup lima lokasi utama di Shanxi, termasuk Shanxi Meijin Energy dan Shanxi Shuangliang Renewable Energy Industry Group, yang menjadi bukti nyata bagaimana Shanxi bertransformasi menuju energi terbarukan.
Kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan pelajaran berharga bagi Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur dalam mempersiapkan transisi energi yang adil dan berkelanjutan.
Penulis ; Andi Isnar