Diskominfo Kutim

1.700 Lubang Tambang di Kaltim Akan Disulap Jadi Zona Hijau Karbon Positif

DISCLAIMER: Penayangan ulang sebagian atau keseluruhan berita untuk konten akun media sosial komersil harus seizin Redaksi

Loading

Tanti Prasetyo: Program KCC Siap Pulihkan 1 Juta Hektare Lahan Rusak di Kaltim serta Targetkan Serap 1 Miliar Ton Karbon.

SAMARINDA, literasikaltim.com – Upaya pemulihan lingkungan pascatambang di Kalimantan Timur memasuki fase baru. Sebanyak 1.700 lubang tambang batu bara terbengkalai yang tersebar di berbagai kabupaten/kota akan direstorasi menjadi zona hijau karbon positif dan kawasan energi terbarukan melalui inisiatif bertajuk Kalimantan Carbon Corridor (KCC).

Program ini digagas oleh Tanti Prasetyo bersama perusahaan berbasis Singapura, Carbon Credence Pte Ltd.

Dalam rencana tersebut, lebih dari 1 juta hektare lahan rusak ditargetkan pulih dan menghasilkan kredit karbon terverifikasi dalam skala besar, yang dapat menjadi sumber pendanaan berkelanjutan bagi daerah dan masyarakat.

“Kami ingin membuktikan bahwa lahan pascatambang bisa menjadi sumber kemakmuran baru,” ujar Tanti di Samarinda, Kamis (6/11/2025).

Transformasi dari Ekonomi Ekstraktif ke Ekonomi Hijau.

Selama puluhan tahun, Kalimantan Timur dikenal sebagai lumbung batu bara nasional. Namun, legacy tambang berupa kubangan raksasa dan degradasi ekosistem menimbulkan dampak jangka panjang bagi keselamatan, kesehatan, dan tata ruang wilayah.

Melalui KCC, lubang-lubang bekas tambang itu akan ditata ulang ke dalam enam koridor hijau di wilayah:

  • Samarinda
  • Kutai Kartanegara
  • Kutai Timur
  • Berau
  • Penajam Paser Utara
  • Paser

Setiap koridor diarahkan pada fokus pengembangan berbeda, seperti:

  • Reboisasi dan restorasi hutan
  • Pertanian karbon dan budidaya mangrove
  • Pengembangan energi baru terbarukan (EBT)
  • Ekowisata berbasis komunitas

Tujuannya tidak hanya memulihkan lingkungan, tetapi membangun ekonomi hijau yang melibatkan masyarakat lokal.

Skema Investasi Hijau dan Kemitraan Publik-Swasta.

Pelaksanaan proyek dijalankan dalam wadah koordinasi bernama Karbon Bumi Pertiwi (KBP), yang menjadi penghubung antara:

  • Pemerintah pusat dan daerah
  • Perusahaan swasta
  • Komunitas lokal

Pendanaan proyek bersumber dari green bonds, alokasi Environmental, Social, and Governance (ESG) funds, serta investasi perusahaan global yang membutuhkan kredit karbon.

Dalam 10 tahun, proyek ini menargetkan:

OutputTarget
Rehabilitasi lahan>1 juta hektare
Penyerapan karbonhingga 1 miliar ton CO₂
Investasi hijauUSD 2 miliar
Lapangan kerja hijau100.000 pekerjaan baru

“Setiap lubang tambang yang direstorasi bukan hanya soal lingkungan, tapi juga peluang ekonomi bagi masyarakat,” jelas Tanti.

Dilipatgandakan oleh Teknologi.

Seluruh kegiatan restorasi akan dipantau melalui:

  • AI monitoring dan machine learning
  • Sensor IoT berbasis lokasi
  • Citra satelit real-time
  • Platform digital data karbon terbuka

Langkah ini dimaksudkan untuk menjamin transparansi, akuntabilitas, dan akses informasi publik.

“Proyek ini adalah masa depan akuntabilitas iklim, ketika lahan, teknologi, dan masyarakat bergerak dalam satu tujuan,” ujar Tanti.

Pemberdayaan Masyarakat Lokal Menjadi Tulang Punggung

Pusat pelaksanaan kegiatan akan berbasis Koperasi Karbon Lokal (Local Carbon Cooperatives/LCC).
Melalui skema ini:

  • Mantan pekerja tambang
  • Pemuda
  • Petani dan masyarakat pesisir

akan dilatih untuk mengelola restorasi hutan, pertanian karbon, dan pengelolaan ekowisata.

Sebagian pendapatan dari penjualan kredit karbon langsung kembali ke komunitas lokal sebagai sistem pembagian hasil yang berkeadilan.

Sejalan dengan Target Net Zero dan Pengembangan IKN.

Program KCC turut mendukung target Indonesia mencapai Net Zero Emissions 2060 serta agenda pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berorientasi lingkungan.

Standar verifikasi yang digunakan meliputi:

  • Verra
  • Gold Standard
  • Indonesia Carbon Registry (ICR)

“Ini tentang mengubah Kalimantan Timur dari ekonomi ekstraktif menjadi ekonomi regeneratif,” tegas Tanti.
“Lahan yang dulu menggerakkan industri, kini akan menjadi energi keberlanjutan bangsa,” pungkasnya.

Jika berjalan sesuai rencana, Kalimantan Carbon Corridor berpotensi menjadi model global restorasi lingkungan pascatambang, sebagai ekonomi hijau yang inklusif.

Kalimantan Timur kini tidak hanya menambang nilai ekonomi, tetapi juga menambang harapan bagi bumi dan generasi berikutnya.

Penulis: Andi Isnar

Permintaan ralat, koreksi, revisi maupun hak jawab, silakan WA 0878-8345-4028

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *